Agenda politik yang sangat urgen sebelum pemilu adalah membangun komunikasi politik untuk ancang-ancang membangun koalisi pasca pemilu. Walaupun, ada partai yang mengesampingkan agenda ini. Seberapa pentingkah sebenarnya agenda ini?
Membangun Koalisi Sebelum Pemilu
Langkah membangun koalisi sebelum pemilu berlangsung, adalah langkah yang tepat. Sebab pasca pemilu,... masing-masing partai politik (parpol) akan berhitung dengan modal politiknya masing-masing yang sudah mereka peroleh melalui pemilu. Membangun koalisi pasca pemilu, sama saja membicarakan koalisi di kedai-kedai kopi yang tanpa arah dan rapuh.
Sementara, ada petinggi parpol besar yang menyatakan bahwa membangun koalisi antar parpol yang beda idealogi adalah kemustahilan. Ini perlu diluruskan, bahwa membangun koalisi bukan menyamakan ideologi politik masing-masing parpol. Sebab, menyamakan ideology yang berbeda, sama saja mencampur air dengan minyak. Tetapi target awalnya adalah, membangun dalam perbedaan masing-masing sehingga saling melengkapi satu sama lainnya. Apakah nasionalis vs agamis, tradisional vs modern, nasionalis-tradisional vs agamis-moderrn, atau nasionalis-modern vs agamis-tradisional.
Arah Koalisi Permanen
Sampai saat inipun, yang banyak dibicarakan oleh politikus adalah figur capres dan cawapres. Bukan pada substansi yang melandasi koalisi mesti dilakukan. Yang melandasi saat ini kebanyakan hanya membicarakan capres dan cawapres. Koalisi seperti ini ibarat berdiri di atas lahan gambut dan mudah roboh oleh terpaan angin. Koalisi seperti ini, koalisi semu dan kepentingan sesaat saja.
Lantas, Koalisi permanen itu apa? Tentu, dibangun dengan landasan yang kuat. Terus, apa landasannya? Landasannya itu sesuai tujuan demokrasi itu sendiri, yaitu untuk kemaslahatan rakyat sebagaimana pendapat Abraham Lincoln yang mendefinisikan demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (democratie is the government from the people, by the people, and for the people). Semangat tersebut harus tercermin dalam kesepakatan agenda kerja lima tahun kedepan. Atau semacam blue print-nya koalisi.
Inilah landasan yang hendaknya dibangun pertama kali dalam membangun koalisi permanen. Bukan membicarakan figur capres dan cawapres. Ibarat membangun bangsa, menyiapkan landasan ideal terlebih dahulu baru kemudian landasan operasional. Landasan idealnya adalah kesepakatan kerja lima tahun kedepan yang dibangun sebelum pemilu. Sedangkan landasan operasionalnya adalah 5 M (man, material, mechine, method dan money) meminjam istilah manajemen. Membicarakan figur capres dan cawapres sebelum pemilu berarti membicarakan landasan operasional terlebih dahulu. Dan membicarakan koalisi pasca pemilu, sama saja membangun landasan ideal setelah landasan operasional. Ini tentu tidak mungkin, sebab masing-masing parpol sudah punya modal politik sehingga saling unjuk gigi dalam posisinya. Dan ini sangat tidak mungkin terjadi koalisi yang permanen.
Realitas politik kita, prosesnya terbalik seperti di atas. Tentu, akibatnya bangunan koalisi yang dibangun akan rapuh dan menyalahi term of reference (TOR). Inikah yang dibangun para politisi yang katanya memiliki pandangan jauh ke depan? Kini, masih ada waktu untuk membangun etika politik yang lebih elegan dan permanen.